Waduk Malahayu sebagai destinasi wisata mancing rupanya menyimpan potensi ikan-ikan monster. Selain predator snakehead – nila, patin, dan beberapa jenis endemik lainnya, berpopulasi subur di perairan ini. Tak perlu ditanyakan soal kekuatan tarikan ikan-ikan ini. Ukurannya yang babon, dijamin membuat angler jatuh ketagihan.
Suburnya bendungan yang punya luas 944 ha, dan terletak di desa Malahayu, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes – Jawa Tengah tersebut, tak lepas dari peranan aktif Pemda Brebes. Lewat retribusi yang dikenakan pada para penjaring ikan dan wisatawan, pengelola waduk jadi punya kemampuan mandiri untuk menebar benih recara rutin setiap tahunnya.
Waduk ini dibangun pada tahun 1930-1937 oleh Kolonial Belanda, dengan membendung Sungai Kebuyutan atau Sungai Ciblandongan. Pada saat diresmikan pada 19 Mei 1938, bendungan ini mempunyai kapasitas tampung mencapai 69 Juta m3 dengan area layanan irigasi mencapai 18.456 Hektar. Aliran airnya, diperuntukan buat mengairi persawahan di Desa Tanjung , Desa Ketanggungan dan Desa Banjarharjo .
Kini, karena dam yang dikelola bertumbuh dan berkembang, wilayah Malahayu pun terberkati. Selain potensi perairan dan perikanan – karena letaknya di perbukitan hutan jati, cocok sebagai tempat perkemahan , wana wisata , trek olah raga trabas serta spot mancing yg potensional.
Di kalangan pemancing, spot Malahayu cukup populer. Hal itu terjadi karena peran aktif angler Mas Dani Ayo – pemilik kios pancing @yo Mancing di Banjarharjo, Mas Rhandy Panbiyanmmar, Mas Ardi, Mas Hambali Empu, Mas Rio Gibrani Merpatiputih, Mas Bidjak Poki, dan Mas Sim Abdi, yang rutin memposting reportasi hasil castingnya di group Mancing Maniac, lewat foto gabus serta patin dengan ukuran yg fantastis.
Demi mengobati rasa penasaran akan potensinya, spotmancing.com pun bersepakat menjajal Waduk Malahayu, lewat even casting bareng bersama komunitas Mancing Maniac. Karena pesertanya cukup banyak, disepakati untuk land based di hot spot Pasir Anjing yg cukup luas dan mempunyai karakter open water / terbuka.
Untuk menuju ke spot tujuan kami diantar jemput menggunakan perahu wisata berkapasitas 15 penumpang . Dalam perjalanan – sambil menikmati panorama waduk yg khas, Mas Rio dan Mas Dani Ayo menyarankan untuk menggunakan kelas joran minimal 8-16 lbs serta settingan reel / bc jangan sampai dimatikan. ” Ya karena kemungkinan strike babon cukup besar, supaya lebih aman, drag maksimal disetel 75 %,” terang Mas Dani Ayo.
Pemakaian leader juga 2 kali kekuatan kelas PE nya, sebab rata rata gabus yang ada di perairan ini diatas 1 kg, dengan karakteristik saat fight mengibas-ngibaskan kepala. “Wah, jangan sampai pengalaman saya terulang lagi, joran serta dudukan reel bc patah karena lupa setting drag , hook pada spinnernya begang karena tidak memakai leader,” kenang Mas Rio.
Setelah sampai di spot Pasir Anjing kami menyebar dan mencari titik titik spot dengan ditemani para pemancing lokal supaya tidak tersesat. Makumlah, spot ini masih terbilang alami, dengan banyaknya jalan setapak yang dapat membuat bingung pendatang baru.
Umpan spinner bait , inline spinner dan jump frog mulai beterbangan membelah keheningan setiap pojokan spot. Suasana casting bareng pun cukup riuh karena disela dengan sapaan dan gurauan. Tak berselang lama, beberapa angler mendapat sahutan dari dalam air. Reel mereka berderit silih berganti. Beberapa gabus size monster pun landed di rerumputan Pasir Anjing. Setelah itu, gantian spotmancing.com merasakan tarikan monster snake head. Perlawanannya cukup mempuat pinggang terasa pegal. Bisa dibilang pagi itu kami pesta strike.
Namun menjelang siang respon gabus mulai berkurang. Rombongan angler pun bergeser menuju spot Rema. Lokasi ini penuh dengan tanaman ganggang, hingga soft froggy dan jump frog dirasa efektif untuk menantang gabus. Namun sayang karena waktu makan gabus sudah usai, tak ada seekorpun gabus yg mau menyambar umpan. Akhirnya casting bareng pun disudahi.
Tuan rumah lalu mengajak kami berkeliling melihat spot gabus dan spot patin lainnya. Saat dalam perjalanan, begitu banyak penampakan patin menyembul, dengan gelombang yang ditimbulkan begitu lebar, menandakan ukurannya yang besar.
Sangat menggoda untuk melanjutkan mancing berburu patin. Namun Mas Dani Ayo memberi penjelasan bahwa berdasarkan pengalamannya, waktu frenzy ( ramainya ikan makan umpan ) patin sudah berlalu. “Saat frenzy – nya patin dalam setahunnya hanya sekali, yaitu saat musim hujan – puncaknya dengan kondisi air keruh,” terang Mas Dani Ayo.
Matahari semakin condong ke barat, menandakan senja sudah tiba. Saatnya kami mengucapkan terimakasih pada tuan rumah, atas keramahan dan juga pengalaman seru tak terlupakan ini.
Ingin mencoba tarikan babon Waduk Malahayu? silakan menghubungi Mas Dani Ayo atau Mas Rio, untuk informasi maupun guide. Berangkaaaaat!!! ( H. Bisri Zaeny)
Leave a Reply