Bagi penggemar sportfishing di tanah air, pasti sudah tidak asing dengan sosok Achmadi Na. Pria paruh baya bertubuh tinggi besar ini, jadi sosok panutan bagi angler nusantara. Passion serta visi nya yang tinggi di dunia mancing menjadikannya cukup di “tua” kan di kalangan angler nusantara.
Kontributor spotmancing.com merasa beruntung bisa mewawancarai secara langsung tokoh asal tanah Borneo ini. Disela kegiatannya yang padat, Ia bertutur tentang masa kecilnya, keluarga, serta visi misinya di dunia mancing. Yuk kita simak langsung liputannya!
Terlahir di kota Banjarmasin 21 Mei 1962, Achmadi kecil tumbuh berkembang di keluarga seorang polisi – Nazirin Abdullah. Tambahan nama NA di belakang namanya, merupakan singkatan nama Ayahnya.
Masa kecil Pak Achmadi – begitu Ia biasa dipanggil, dilalui di Asrama Polisi Honggo Pranoto – di pusat Kota Pontianak. Disiplin asrama kepolisian yang kuat, rupanya membekas dan membangun karakter kepribadian suami dari Puji Astuti Agustina ini.
Kesetiaan pada dunia mancing diawali saat Ia menginjak usia 8 tahun, ketika diajak pertamakali oleh ayahnya. Spot pertama yang Ia kunjungi adalah area hutan Sei. Raya. Masih segar teringat di ingatan Achmadi rasa adrenalin yang mengalir deras saat berhasil strike.
“Senang bukan main hati saya!”, tutur pria berkacamata tersebut. Sejak itu – bermodalkan piranti Tegek sederhana, Achmadi kecil selalu bersemangat apabila sang ayah mengajaknya pergi memancing. “Hasil tangkapan lalu dibawa ke rumah untuk disantap bersama keluarga, bangga sekali rasanya,…”, tutur kakek satu cucu ini.
Seiring waktu, sejalan dengan perkembangan teknologi industri mancing, Achmadi pun mengembangkan teknik memancing modern seperti casting, jigging, atau popping. Pengalamannya pun bertambah dengan beragam koleksi strike predator di perairan tawar seperti blackbass, mahseer, atau ikan-ikan pemangsa di lautan.
Saat ditanya teknik apa yang paling digemari, dengan lugas Achmadi menjawab, casting dan tegeg. “Walaupun teknik mancing sudah modern, saya tetap merasa nyaman mancing dengan kedua teknik ini, tentunya sambil menikmati damainya belantara hutan, dan yang penting bisa mengetahui secara langsung keberadaan ikan-ikan langka”, jelas pengusaha ekspedisi ini.
Berbicara tentang dunia mancing Pak Achmadi, rupanya tak lepas dari dukungan sang Istri. Kemana pun Ia memancing, maka dipastikan istri tercinta, turut. “Ya awalnya dia gak suka mancing sih, tapi sekali waktu kami mancing galatama, istri saya ingin coba-coba terus pegang joran, akhirnya saya bukain lapak sendiri, dan eeh,..ternyata dia enjoy,…he he..”, Kenang warga Bogor ini. Sejak saat itu Bu Puji – demikian para angler biasa menyapa, mulai gemar memancing dan ikut serta berburu ikan – baik di pemancingan kolam, laut, dan bahkan kini di alam liar.
Hingga kini pasangan Pak Achmadi – Puji Astuti Agustina dikaruniai 5 orang putra dan putri, yaitu Robby Sudiyono, Wahyu Sudiyanto, Afrilian Rachmawati, Indah Feliana, Farrah Yashinta, Najwa Nabillah, dan cucu semata wayangnya: Muhammad Zhafran Arayuna.
Tidak hanya pada sang istri, kegemaran berburu ikan pun dirasakan buah hatinya. ” Putera pertama, kedua dan yang bungsu suka sekali mancing. Yang nomor 3 dan 4 kutu buku, dan yang nomor 5 suka dengan senapan” terangnya.
Passion menancang ikan yang kuat pada diri pembina Forum Castinger Indonesia (FORCASI) ini, rupanya telah melahirkan beragam kontribusi penting untuk kemajuan dunia mancing di tanah air. Ia rajin menggalang silaturahmi dengan beragam komunitas mancing – mulai di ibu kota hingga di pelosok daerah.
Lewat organisasi FORCASI – bersama jajaran pengurus, telah banyak melahirkan even prestisius skala nasional. Salah satunya yaitu Kopdar Castinger Indonesia yang dihelat setiap tahun.
Seorang sahabat karib, Adhi joranliar Fatah mengungkapkan bahwa Ahmadi bisa dikatakan sebagai tokoh pemersatu diantara para pemancing – khususnya castinger. “Orangnya humoris sejati, tegas tapi mudah tersentuh juga. Jika ada masalah diantara para angler beliau aktif mendamaikan dengan duduk bersama”, Kata Adhi.
Menurut Adhi, lelaki tinggi besar itu juga sosok yang banyak membantu teman-teman pemancing saat berada dalam kesulitan, contoh nya saat proses pencarian KM Hujan Labek yang tenggelam membawa pemancing pada tahun 2015 lalu. Ia bersusah payah mencari bantuan hingga berhasil menggalang 3 armada KRI untuk membantu proses pencarian. “Beliau care, low profile, dan konstruktif”, ucap Adhi.
Di ujung obrolan, Pak Achmadi lalu mengungkapkan mimpinya di dunia mancing. Bersama teman-teman Ia ingin mewujudkan Indonesia sebagai destinasi favorit bagi Angler dalam dan luar negeri, dengan menggalang pariwisata khususnya dibidang memancing. “Karena itu, alam yang lestari jadi kewajiban kita semua untuk mewujudkannya,” kata Achmadi
Wah seru juga ngobrol panjang lebar dengan Pak Achmadi. Pembawaannya yang ramah membuat spotmancing.com merasa betah tukar fikiran berlama-lama. Tapi sebelum berpisah Pak Achmadi menitip pesan penting – khususnya angler yang masih muda-muda. Ia berpesan, agar kita sebagai pemancing tetap mengutamakan keluarga menjadi nomer satu. Selain itu juga Ia berharap agar para pemancing ikut memberikan sumbangsihnya dalam pelestarian lingkungan, dan mensosialisasikan bahaya strum dan racun ikan. “Jika tidak dimulai dari diri kita sendiri, lalu mau mancing dimana anak cucu kita kelak!” Tutup Achmadi.
Spotmancing.com sendiri melihat sosok Pak Achmadi sebagai pribadi yang penuh energi. Khususnya jika bicara tentang mancing. Passion nya yang kuat telah membawanya melintasi sekat-sekat pemisah diantara pemancing, hingga layak dikatakan sebagai pemersatu castinger Indonesia. Semoga banyak penerusnya yaa,….Takzim buat Pak Achmadi Na! hehe…
Leave a Reply