Sejak diintroduksi dari Afrika timur pada tahun 1969, ikan nila – benama latin Oreochromis niloticus (nile tilapia) kini sudah menyebar dari Sabang hingga Merauke. Tak terkecuali di waduk Jatiluhur, iwak berdaging lezat ini membiak demikian cepat di bendungan yang berlokasi di Kabupaten Purwakarta itu. Berlimpahnya ikan pemakan segala tersebut tak pelak telah menjadikan bendungan Jatiluhur sebagai surga nila buat para angler.
Jatiluhur diresmikan almarhumah Ibu Tien Soehatro pada tahun 1963. Dengan membendung sungai Citarum sebagai sumber air utama, waduk ini merendam 33 kecamatan, dengan luas total sekitar 8300 ha. Lewat potensi air sebesar 12,9 miliar meter kubik dan suhu sekitar 21 derajat celcius, ikan nila berkembang dengan pesat. Dalam sejarahnya selama 54 tahun berdiri , nila seberat 40 kg pernah tertangkap di perairan ini
Sama sekali tak sulit untuk menemukan bendungan yang punya nama resmi waduk Ir. H. Juanda tersebut. Dari jalan tol Purbaleunyi, keluar saja di pintu tol Ciganea (Km 84). Begitu menemui jalan raya, ikuti papan penunjuk jalan yang jelas terlihat di beberapa tempat. Saat di pertigaan Ubrug – Jatiluhur, belok kiri kearah Ubrug, maka tak lama kita akan sampai dilokasi pemancingan.
Hingga kini dam ini telah mengalami begitu banyak perkembangan – khususnya bagi kemajuan produksi ikan dan wisata mancing. Rumah keramba apung sebagai tempat budidaya ikan, dan juga rakit-rakit di pinggiran waduk, dibangung untuk memenuhi kebutuhan para pemancing. Untuk memancang di atas rakit, angler dikenakan biaya Rp. 10.000. Sementara buat menyeberang dengan perahu dihargai Rp. 25000, dan menyewa perahu sehari, diharuskan membayar Rp. 250.000
Lewat wawancara telefon dengan sahabat pemancing kita – R Hans Budhiana, spot mancing.com berkesempatan mendapatkan wawasan lebih luas mengenai memancing nila jatiluhur. Menurut angler yang pertamakali memancing pada tahun 1997 tersebut, banyak spot menarik yang merupakan sarang nila. “Banyak tempatnya om, tapi yang paling ramai ada sekitar 13 lokasi,” Kata lelaki yang biasa disapa Budhi itu. Diantaranya adalah spot Ubrug, Servis, Karapyak, Jangkung, Baras, Cigenteng, dan lainnya. “Waktu yang paling bagus waktu air surut Om!” Ujar Budhi memberi saran.
Menurut angler yang mengaku pernah selama 3 bulan nonstop memancing di Jatiluhur tersebut, cara memancing nila di tempat ini sedikit unik dibanding daerah lain. Dikatakan unik, karena angler lokal biasanya paling sedikit membawa 4 tackle yang digunakan berbarengan sekaligus.
Untuk dudukan joran, digunakan palang kayu sepanjang 1 meter. Dudukan yang biasa disebut timbangan tersebut berfungsi sebagai titik tumpu joran, hingga punya berat yang seimbang, baik bagian depan maupun belakangnya. Dengan posisi seperti itu pergerakan terkecil sekalipun dapat diamati dengan seksama.
“Biasanya angler lokal, jika memancing di rakit kebanyakan pakai joran fiber 75 – 120cm dengan gulungan senar kayu. Jika memancing landbase biasanya menggunakan joran tegeg dengan panjang 4 -5 meter, dengan senar size 6 – 10 Lbs,” kata Budi. Saat memancing, disarankan juga membawa timah pemberat dalam beberapa ukuran, juga pelampung dan stopper-nya.
Soal umpannya yang paling umum adalah jenis lumut (di sekitar Jatiluhur biasa disebut lukut). Mengenai hal ini, tak usah dikhawatirkan. Menjelang pintu masuk dermaga, puluhan pedagang peralatan pancing beserta aneka lumut berjejer menawarkan dagangannya, seperti lukut air, lukut balong, atau lukut sawah. Lihat artikel Cara merangkai kail lumut untuk mancing nila
Menurut Budhi, untuk meningkatkan daya rangsang lumut, bisa ditambahkan beberapa jenis aroma seperti essen pandan, pasta pandan, essen choya ataupun essen cocopandan. Tetapi selain menggunakan bahan kimia, dapat pula menggunakan bahan alami yang tak kalah manjur, yaitu air rebusan daun pandan. Caranya adalah dengan mencampurkan air rebusan pandan yang telah didinginkan ke dalam wadah lumut tersebut, dan aduk perlahan.
Bahan alami lainnya bisa juga dengan menggunakan kerupuk putih yang biasa dijual di warung. Caranya dengan meremas kerupuk tersebut dengan kain sampai halus, lalu campurkan ke dalam rendaman lumut dan aduk dengan perlahan.
Dalam artikel terdahulu, spotmacing.com juga telah memberikan beberapa resep umpan nila. Lihat artikel Cara mancing ikan nila dengan umpan kangkung, Cara mancing nila babon dengan umpan rumput, Cara membuat umpan untuk ikan nila yang paling jitu, atau Cara mancing nila yang mogok makan.
Ikan nila yang menjadi buruan angler di Jatiluhur adalah jenis badot yang punya berat di atas 2 kg. Menurut Budi, kini agak sulit menemukan ikan yang punya gelar “pengendali gulma air” tersebut dengan berat di atas 4 kg. “Di Jatiluhur memang jarang yang berat di atas 4 kg. Tapi Jatiluhur kaya dengan ikan nila. Yang penting tau spotnya dan saat air surut, pasti banyak strike,” Kata angler senior yang juga memproduksi umpan buatan bermerk Solusi ini menerangkan.
Di akhir wawancara Budhi mempersilakan pembaca jika ingin memancing di Jatiluhur bisa menghubunginya untuk bertanya lebih jauh atau memandu trip mancing di Jatiluhur, lewat akun facebook seperti yang sudah dicantumkan di atas, atau lewat no telp: 085215003878 dan pin bb: D28534EE.
Leave a Reply