Tak dipungkiri lagi ikan hampala – yang bernama latin Hampala macrolepidota, adalah salah satu primadona fresh water untuk para angler di kawasan Asia Tenggara. Dikatakan sebagai ikan unggulan, karena untuk berhasil strike, seorang angler harus bertarung sengit dulu demi mendaratkan hewan berkarakter predator ini.
Dari pengalaman beberapa pemancing, dalam berburu ikan yang di beberapa tempat disebut ikan palung, kerabau, atau andungan ini, hal pertama yang harus diperhatikan adalah soal waktunya. Saat yang paling baik adalah pagi hari saat matahari belum terlalu terang. Dan, musim kemarau adalah saatnya binatang air ini untuk memijah. Induk hampala akan menepi dan bertelur.
Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menemukan habitatnya. Umumnya hampala menghuni area berperairan dangkal berbatu, berarus deras, dan berpasir. Di tempat itu binatang air bersisik besar ini gemar sekali memangsa ikan-ikan kecil, udang, atau serangga yang hinggap. Jika beruntung kita bisa melihatnya berkecipak di dasar yang jernih.
Namun demikian, tak jarang ikan yang lazim mendiami lingkungan sungai atau danau itu- karena terbawa arus air hujan, bisa ditemukan di lubuk-lubuk di tengah hutan, kolam, dan lain sebagainya.
Menurut penuturan angler asal Bandung, Mus Yen, memancing hampala bisa dilakukan dengan beberapa teknik, seperti fly fishing atau live bait. Namun atas alasan karakter perairan dan efisiensi, Om Mus Yen menyarankan untuk memburu ikan ini dengan teknik casting. (Lihat artikel: Macam dan jenis teknik memancing ikan)
Untuk memancing dengan cara casting, diperlukan joran dengan panjang antara 180-210 mm dengan kekuatan berkisar antara 15-20 lbs. Lebih pas yang berbahan dasar graphit yang memiliki karakter lentur dan ringan. Dengan demikian umpan mudah diarahkan dan tepat sasaran.
Sementara untuk ril ada 2 pilihan. Bisa menggunakan type spinning atau bait casting (BC). Namun demi kenyamanan proses cast (lempar) dan retrieve (tarik), jenis BC lebih dianjurkan. Bagi pemula, sebenarnya cukup sulit mengoperasikan ril yang dudukannya di atas joran ini. Jika tak hati-hati, tali pancing seringkali kusut dan menyusahkan. Karena itu diperlukan pembiasaan terlebih dahulu.
Ikan tropis yang menyukai suhu air antara 22-25 derajat celcius ini terkenal sebagai pejuang yang beringas. Ia akan terus meronta “hingga titik darah penghabisan”. Bahkan pemancing yang sudah terbiasa mancing hampala pun seringkali kewalahan “bergumul” dengan satwa berahang kuat ini. Karena itu jangan tanggung dalam memilih senar dan hook (kail). Pilih senar yang bertenaga-setidaknya kelas 10-20 LBS untuk type PE, atau ukuran 0,25 untuk jenis monofilament. Soal kailnya pilih level 2X strong atau 3X strong.
Mengenai umpan Om Musyen menganjurkan pemakaian minnow dengan model WTD, mini popper, atau spoon dengan ukuran masing-masing sekitar 7 cm. “Silakan mau mau pakai yang mana. Itu tergantung kebiasaan,” katanya.
Rasanya tak sabar untuk segera berjumpa ikan yang jadi favorit para angler ini. Menurut prakiraan BMKG, tak lama lagi wilayah Indonesia akan segera memasuki siklus kemarau secara merata. Karena itu jangan sia-siakan kesempatan emas untuk merasakan sensasi ketika beradu tenaga dengan predator yang juga primadona di area fresh water ini. Selamat berburu!