Tahukah anda ikan tapah? Pertanyaan ini tentu ditujukan buat pemancing yang tinggal diluar Provinsi Riau, pulau Kalimantan, atau sebagian Papua. Pasalnya, di Indonesia – zaman kini, ikan langka berdaging lezat tersebut hanya dapat ditemui di segelintir daerah ini saja. Itupun persebarannya hanya ada di perairan asli, yang belum banyak terjamah manusia.
Jika tumbuh optimal, ikan yang juga dinamai Wallago ini panjangnya dapat mencapai 2,4 meter, sehingga menjadikannya sejenis ikan raksasa. Kendati demikian, ukuran ‘monster’ saat ini sangat langka ditemukan. Sebuah rekor fantastis ditorehkan paada tahun 2009 lalu – seperti diberitakan harian Kompas, adalah tangkapan Ruspian di Sungai Kapuas. Ukuran panjangnya mencapai 168 cm, lebar mulut 25 cm dan berat 51 kg.
Memancing ikan tapah bagi pemancing fresh water adalah sebuah langkah prestis. Pasalnya, bukan saja soal skill dan pengalaman, tapi untuk mengakses spot mancing ikan tapah memang perlu perjuangan ekstra. Buat para wild casting mania tentu jadi idaman jika bisa berburu – bahkan strike ikan Wallago ini.
Beruntung spotmancing.com dapat berbincang dengan Hery Baron – seorang Wallago mania asal kota Pontianak. Terlahir di keluarga yang gemar menancang ikan, membuat Hery baron kaya pengalaman soal berburu ikan di perairan tawar.
Menurut Hery, Spot ikan Tapah bisa dijumpai di sungai-sungai yang tersebar di propinsi Kalimantan Barat. Beberapa sungai yang terkenal dengan ikan Tapahnya, antara lain di sungai Semusut- Kabupaten Sanggau, sungai Awin serta Ambawang di Kecamatan Putusibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu. “Ikan Tapah yang banyak menghuni kawasan ini berjenis catfish atau biasa dikenal dengan nama lain Wallago Leeri,” terang Heri.
Ditambahkannya pula, bahwa salah satu lokasi favorit angler adalah di Kampung Nanga Awin yang berdekatan dengan Taman Nasional Betung Kerihun – Kecamatan Putussibau Utara. Tempat ini adalah surganya wallago, karena terdapat beberapa spot yang menjadi sarang ikan tapah dengan size babon. Jika ingin memancing di tempat ini, Musim kemarau dan diawal musim penghujan, adalah waktu terbaik.
Bagi angler yang datang dari luar Kalimantan Barat, tidak mudah memang untuk menjangkau lokasi tapah di Kampung Nanga Awin. Untuk mencapainya kita harus menempuh perjalanan yang panjang.
Dari pusat kota Pontianak jaraknya bisa mencapai kurang lebih 800 km. Apabila menggunakan pesawat, waktu tempuhnya sekitar 1 jam, hingga mendarat di Bandara Pangsuma – Kapuas Hulu. Untuk jalur darat dapat menggunakan Bis, dengan lama perjalanan sekitar 12 – 14 jam perjalanan. Setelah itu dilanjutkan dengan naik Boat sekitar 1,5 jam.
Jarak tempuh yang sangat jauh tersebut, tentunya akan menguras tenaga setiap pemancing. Disinilah tantangannya, seorang wild angler harus mempersiapkan kondisi fisik maupun mental. Keadaan ini, tentunya mewajibkan para angler untuk membawa bekal logistik yang cukup, karena harus menginap di lokasi pemancingan minimal 1 malam.
“Lokasi spot ikan Tapah jauh dari perkampungan, sehingga untuk cari tempat makan pun susah. Jadi semuanya kita persiapkan perbekalan yang cukup sejak dari kota”, Ujar Hery.
Teknik mancing wallago leeri punya tahapan dan cara yang unik. Sebelum mulai mancing, terlebih dahulu kita harus memahami karakter dan habitat ikannya. Menurut Hery, Ikan Tapah senang berkumpul di persimpangan sungai (biasa disebut Lubuk oleh masyarakat sekitar), karena memiliki kedalaman air.
Selain lubuk, tapah pun kerap beraktifitas di mulut sungai atau anak sungai dari batang air utama/muara. Menurut angler yang tergabung dalam komunitas KONDA tersebut, terkadang juga iwak bergigi tajam ini senang berkumpul di perairan yang ditumbuhi pohon Rasau.
”Secara umum bisa dikatakan bahwa tapah itu menyukai dasar sungai yang memiliki arus pelan dan cukup dalam,” Ujarnya.
Mengingat hal ini, maka menurut Hery, kita harus mampu memprediksi kedalaman spot mancing, karena hal tersebut berkaitan erat dengan jenis lure yang akan digunakan. Jika misalnya kedalaman sungai adalah 2 meter, maka lure yang paling cocok adalah type floating dengan kedalaman action sekitar 1,5 meter di bawah air. “Cara ini paling pas biar efektif mancing tapah. Tapi kalo lagi beruntung, pakai lure jenis froggy juga bisa strike, hehe..” sahut Hery.
Soal tackle-nya angler disarankan membawa serta joran casting dengan kekuatan 10-20 lbs, Line 30 lbs dan disambung Leader 40 lbs . Untuk Reel, bisa menggunakan tipe spinning atau baitcasting. “tapah itu tarikannya buas om, jadi takcle harus aman,” terang Hery
Sementara soal umpannya – menurut pria ramah ini, castinger bisa menggunakan jenis Crankbait, Minnow model singking atau Floating, Spinner Bait, Crank lidah panjang, Spoon, deep crank, hingga Froggy.
Wallago leeri adalah salah satu predator papan atas yang punya karakter bak jawara. Seperti khasnya ikan predator lainnya, iwak ini akan marah jika wilayah serta ketenangannya diganggu. Karena itu Hery dan komunitasnya juga menggunakan metode mancing castroll, yang merupakan singkatan dari casting sambil trolling. Cara ini tak kalah manjur, bahkan boleh dikatakan sangat efektif untuk mendaratkan ikan tapah.
Wah,…akan seru sepertinya jika sekali waktu merasakan sensasi wild casting di jantung Kalimantan. Dari penggambaran di atas, rasanya cukup worth it bertualang di alam liar Pulau Borneo, sambil merasakan beringasnya tarikan predator buas, Wallego leeri.
Untuk informasi lebih lanjut dan guidance, silakan berkomunikasi dengan sahabat angler kita Hery Baron, lewat akun facebook-nya seperti yang tercantum di atas. (Faruq Idrus)