X

Tips jitu merawat mata kail

Merawat dan mengasah kail pancing

Mata kail adalah sebuah alat penangkap ikan yang paling populer sejak zaman dahulu. Dari tahun 7000 SM, orang-orang biasa menggunakan tulang atau kayu keras sebagai bahan pembuat peranti penjerat ikan ini . Namun seiring perkembangan zaman, materi logam yang jauh lebih kuat dan tajam, hadir menggantikan kedudukan kayu dan tulang.

Masa kini berbagai macam model hook dibuat dengan aneka logam keras, seperti besi yang terlapis chrome, atau baja yang tercampur dengan karbon. Namun, ternyata berapapun kerasnya material logam tersebut, lambat laun pasti tiba saatnya untuk rusak dan tumpul. Mata kail yang lancip dan rucing, seringkali berbenturan dengan berbagai benda keras seperti batu, karang, pinggiran perahu, atau bisa juga beradu sesama logam lainnya dalam box penyimpanan.

Hook terbuat dari tulang
Kail zaman dulu terbuat dari kayu keras

Karena itu memeriksa kondisi serta tingkat ketajaman kail adalah satu poin yang tak bisa dilewatkan sebelum melakukan trip mancing. Betapa kesalnya kita saat sebuah peluang strike hadir, namun ikan berhasil lolos karena hook yang tidak prima.

Adapun salah satu cara untuk menguji ketajaman kail, menurut Fuji Wong – seorang angler senior asal Kota Purwokerto, adalah dengan mencoba menggeser atau menggoreskan bagian tajam kail (sharp point), pada kuku jari tangan kita. Jika mata kail tersebut menancap tak mau bergerak, apalagi sama sekali tak meninggalkan bekas goresan, maka dipastikan hook tersebut majal.

Selain soal ketajamannya, ada beberapa hal yang juga perlu diperhatikan soal fungsi dan bentuk sebuah hook. Pertama adalah perihal kesempurnaan tiap bagian kail seperti hook eye, shank, point, barb dan lainnya. Pabrikan mendesain sebuah hook tentu dengan pertimbangan fungsi dan efektifitas sebuah kail dalam menjerat ikan. Tuna hook misalnya, yang berbentuk agak melingkar ke dalam, atau jig hooks yang bagian pangkalnya berbentuk khas. Semuanya pastilah punya tujuanan fungsi masing-masing. Jika bentuk tersebut berubah karena bengkok, tentunya akan mengalami perubahan fungsi dan kurang efektif. Karena itu penting untuk mengamati bentuk awal sebuah kail ketika baru dibeli dari toko.

Bagian-bagian hook

Kedua adalah mengenai panjang mata kail. Panjang hook kerap memendek, salah satunya adalah karena sudah aus, atau karena aktifitas berlebihan saat mengasah. Cara mengasah yang salah, selain merusak fungsi, juga mengikis lapisan chrome atau karbon sebuah hook, yang mengakibatkan ketajamannya malah berkurang.

Ketiga adalah memeriksa kondisi hook ketika baru dibeli. Kendati berstatus baru, namun tak jarang kita menemukan kail yang tak sempurna, lolos dari quality control sebuah pabrik. Hal yang paling sering dijumpai adalah adanya kelebihan logam akibat tidak sempurnanya proses pengecoran (burrs on barb). Kelebihan logam ini tentu juga akan membuat hambatan pada saat proses hook up.

Merawat dan mereparasi kail

Menurut Fuji Wong, untuk mereparasi hook yang bengkok – jika bengkungnya sedikit, bisa meluruskan atau memperbaiki bentuknya dengan tang. Tapi jika jika bengkoknya parah, maka lebih baik diganti yang baru. Mengingat ada beberapa jenis logam yang sangat rendah tingkat elastisitasnya. Jika dipaksakan akan membuat patah ketika digunakan.

Sementara untuk soal panjang hook yang memendek karena kerap beradu dengan benda keras lainnya atau aktifitas mengasah yang berlebihan, baiknya tidak digunakan lagi. Terjadinya perubahan panjang kail akan membuat ikan mudah sekali terlepas. Mengenai adanya kelebihan logam karena kesalahan pabrik (burrs on barb)  , kita dapat membuangnya dengan cara dikikir secara perlahan.

Yang terakhir, untuk mengasah kail yang tumpul, Fuji Wong menyarankan menggunakan amplas besi. “Lebih aman pakai amplas, dari pada kikir, lebih rapi dan tajam” sahut Fuji. Ditambahkan pula, penggunaan kikir secara kasar dapat membuat mata kail lapisannya rusak dan memendek.

Fuji Wong
Ilham Anas:
Terkait