Dalam dua kali trip terakhir di Laut Selatan, yakni perairan Wawaran di kawasan Pacitan dan Munjungan di Trenggalek, terdeteksi bahwa ikan layaran sedang mulai ngamuk mengejar-ngejar ikan makanan sampi ke perairan di pinggiran. Nah berikut ini adalah cerita salah satu cara mendeteksi keberadaan layaran di kedua perairan itu pada musim-musim saat ini.
Saya sebutkan “di kedua perairan itu pada musim-musim saat ini” karena ada kemungkinan tanda-tanda itu semakin jelas di tempat lain dan atau malah tidak ada sama sekali di lain tempat meski sebenarnya layaran sedang berkeliaran di lokasi tertentu itu. Untuk mendeteksi keberadaan ikan secara umum, lihat misalnya artikel Cara mengetahui tempat yang banyak ikan.
Yup. Kita mulai saja ceritanya.
Dalam trip terakhir di Pacitan pada pekan terakhir Juli 2016 bersama Om Heri Skatetrue dan Om Ilham Anas Obamakwsuper, kami sempat mendapat strike ikan layaran dan demikian pula dengan salah satu tekong di kapal lain. Hanya saja, kedua strike layaran itu tidak disusul dengan keberhasilan landed.
Hal yang sama juga terjadi pada saat saya melakukan trip mancing bersama Mbah Jon Rahmat Giling di perairan Blado, Munjungan, Trenggalek pada Minggu, 31 Juli 2016. Trip ini kami lakukan bersama teman-teman Angler Sempel yang menggunakan beberapa kapal lainnya. Dalam trip itu, kawan lain dari Angler Sempel Community seperti rombongan Om Mas Oke dan Om Apip sukses menaikkan beberapa ikan GT meski secara umum bisa dibilang “penuh gebyuran hujan, angin dan ombak” saja, hehehe. Gegara gebyuran hujan dan kopyakan ombak ini, beberapa teman milih segera mendarat dan tiduran di pantai. Itu misalnya yang dilakukan Om Mathias Siswarsono.
Bisa jadi juga mereka pada kena efek kelelahan dan kekenyangan gegara pesta sate kambing malam hari sebelum mancing. Mereka kompak makan banyak olahan kambing dan kompak juga lek-lekan sampai dini hari sampai-sampai kene efek ngantuk dan lelah saat berangkat mancing, hehehe.
Nah di perairan Blado ini, layaran yang mengejar-ngejar ikan teri sampai ke dekat dengan bibir pantai berkarang. Bukan hanya terlihat seekor dua ekor, tetapi berombongan. Mereka ganas sekali mengejar spun yang kami lemparkan. Bahkan mereka mengejar sampai mepet kapal kita atau mengejar dengan kecepatan tinggi sampai lewat di bawah kapal jukung yang kami gunakan.
Namun ya itu, mungkin karena saya dan Mbah Jon Rahmat Giling menggunakan treble hook yang biasanya hanya mengait sedikit pada bibir panjang ikan layaran, menyebabkan banyak strike tidak berbuah hook up secara sempurna. Tetapi ya bisa jadi, hal itu karena memang kami belum berpengalaman menghadapi serbuan ikan layaran.
Sama seperti saat ini Pacitan, saat mancing di Blado kami hanya mendapatkan sensasi ikan-ikan beterbangan saat terkait hook/ mata kail tetapi berakhir mocel. Sensasi menyenangkan dimulai saat ikan layaran mengejar spun yang saya lemparkan tetapi tidak juga disantap sampai dia hanya berputar-putar di bawah kapal kami. Giliran berikutnya Mbah Jon juga strike, tetapi pada saat itu saya sudah melempar duluan ke arah yang sama.
Saya pun berinisiatif segera menggulung rel agar Mbah Jon leluasa menggarap tarikan ikan layaran yang sudah mulai menari-nari di udara sambil berusaha melepaskan kaitan mata kail. Tapi justru di saat itulah spun saya juga disambar layaran…duh..jadilah senar saya dan Mbah Jon bersilangan. Karena saya kemudian mengendurkan gulungan untuk memberi kesempatan Mbah Jon menaikkan ikan layaran, lepaslah kaitan mata kail layaran di spun saya. Hladalah, spun terlontar ke belakang dan tepat melibas joran Mbah Jon… Werrr..serrr…. ikan layaran Mbah Jon pun berlari kencang ke arah belakang kapal. Gegara Mbah Jon tidak ada kesempatan menghajar ikan karena joran masih terlibat senar leader saya, jlesss…layaran di kail pun mocel lagi.
Tidak patah semangat, kami terus menguber-ubar gerak rombongan layaran, sampai akhirnya harus menyerah untuk segera bergegeas ke darat karena mendung gelap sudah menggayut tepat di atas kami.
Cara mendeteksi keberadaan ikan layaran
Dari trip di Blado ini kami mendapat pelajaran mengenai posisi dan keberadaan ikan layaran di musim-musim saat ini. Yakni ketika banyak burung beterbangan atau bahkan masuk ke air laut untuk mengejar ikan tetapi di bawah tidak terlihat ikan-ikan tongkol boiling (loncat-loncat ke luar dari permukaan air), maka di bawahnya tidak terdapat rombongan layaran. Minimal, pada kondisi seperti itu, kami belum pernah mendapat sambaran layaran.
Beda misalnya ketika banyak burung beterbangan bergerombol mengejar ikan-ikan teri di permukaan laut dan pada saat sama tidak terlihat tongkol loncat-loncat, maka akan terlihat jelas gundukan-gundukan hitam yang diatasnya terlihat sirip panjang warna hitam yang berseliweran. Nah itulah rombongan ikan layaran. Itulah saat yang bagus untuk melemparkan umpan.
Nah itulah sobat, sekelumit cerita perjalanan trip kami saat mendapat pameran gerombolan ikan layaran tetapi belum berhasil me-landed-kannya.
Yang jelas, untuk trip ke Munjungan ini saya dan Mbah Jon sempat mendapat sensasi lain, yakni sensasi nyesss untuk segera berlatih mancing ngejig, setelah mendapat banyak sekali metal jig gratisan dari Om Mathias Siswarsono, salah satu angler Indonesia yang giat bereksperimen membuat berbagai bentuk metal jig dengan beragam berat sesuai pesanan kawan-kawan. Apakah killer? Wow… untuk hasiljigging dengan metal jig buatan Om Mathias ini, simak misalnya tarikan tengiri 40kg up seperti saya tulis di artikel Pengin mancing tengiri monster 45 kg? Cobalah spot Munjungan…
Berikut ini adalah segepok metal jig pemberian Om Mathias kepada saya dan Mbah Jon…
Oke sobat. Siapa berminat berburu layaran? Silakan tengak-tengok jadwal untuk segera melakukan trip ke sana. Semoga sukses.