X

Teknik mancing nyobok: Asal usul, peralatan, umpan & plus minusnya

Teknik mancing sangat beragam, dimulai dari peralatan yang digunakan sampai dengan cara orang mancing itu sendiri. Salah satu teknik mancing yang populer di kalangan pemancing Solo adalah teknik nyobok atau ngoyor.

Mancing nyobok atau ngoyor pemancing Solo biasanya dilakukan di rawa atau di bendungan seperti di Waduk Gajah Mungkur (WGM), Waduk Kedung Ombo (WKO), Waduk Cengklik, Waduk Badai, Waduk Mulur dan lain-lain.

Di Semarang atau di kota pantai lainnya teknik ngoyor sudah dipakai sejak lama tetapi dilakukan di pantai dan beberapa tempat dangkal lainnya di bibir laut. Sejak tahun 1980-an sampai sekarang, masih banyak orang mancing nyobok di spot pantai Cipta dan Batubara Semarang. Pada tahun 1990-an, banyak ditemukan orang nyobok di dekat dam pendek (dam sebelah timur Pelabuhan Tanjung Mas) yang sekarang sudah rusak dan tenggelam.

Kali ini, spotmancing.com akan berbagi info mengenai teknik nyobok yang dilakukan para pemancing Solo, seperti misalnya dilakukan member grup 100% Nyobok dan beberaoa grup nyobok lainnya.

Grafis pancing nyobok.

Berikut ini adalah informasi yang dibagikan oleh Om Alex Joss di grup 100% Nyobok yang sudah kami edit untuk membenahi beberapa penulisan tanpa mengubah isi tulisan. Untuk teknik mancing nyobok ini memang yang menjadi fokus tulisan adalah teknik nyobok yang dilakukan di air tawar dengan target ikan nila.

Asal mula teknik mancing nyobok di Solo

Sebagai masyarakat di daerah yang dikelilingi banyak waduk, sebagian besar warga Solo tidak asing lagi dengan hobi mancing. Di kota yang terkenal dengan pasar “Klewer”-nya ini ada satu teknik mancing yang agak unik yaitu teknik ngoyor atau NYOBOK. Mungkin karena dari kata dasar dalam bahasa jawa ‘obok’ yang berarti memasukkan sebagian anggota tubuh di dalam air maka pemancing-pemancing di kota Solo menyebutnya dengan istilah NGOBOK atau NYOBOK.

Asal muasal teknik mancing berendam setinggi dada  ini dikarenakan banyak spot waduk atau rawa di sekitaran Solo, mempunyai karakter permukaan tanah yang landai dan banyak tumbuhan-tumbuhan air seperti ganggang, enceng gondok dan teratai sehingga tidak memungkinkan kalau melempar umpan lumut dari tepi/pinggiran waduk.

Sejak kapan teknik nyobok dilakukan?

Kira-kira sudah 20 tahun yang lalu mania mancing Solo mengenal teknik ini dan sampai sekarang penulis (Om Alex Joss) belum mengetahui siapa yang memulai dan mengajarkan teknik mancing sambil berendam ini.

Pada dasawarsa terakhir ini banyak pemancing Kota Solo dan sekitarnya mengaplikasikan teknik ini di waduk-waduk seputaran Jawa Tengah seperti Waduk Kedung Ombo di Boyolali, Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri dan Waduk Wadas Lintang di Wonosobo (dan Banjarnegara). Walaupun waduk-waduk tersebut tidak banyak tanaman airnya, mania mancing ini tetap menggunakan teknik ini.

Alasan melakukan nyobok

  1. Mencari titik ideal, di mana tempat ikan nila berkumpul. Biasanya di bawah tumbuhan-tumbuhan air dengan kedalaman 1 – 1,5m.
  2. NYAMAN karena berendam setinggi dada membuat anggota badan terbebas dari gaya gravitasi sehingga badan tidak cepat lelah.
  3. Dingin, dengan Nyobok pemancing tidak terkena sengatan matahari pada tangan dan kaki, untuk kepala disarankan menggunakan buff/slayer, topi dan kacamata uv.
  4. Lebih peka terhadap cuaca. Dengan teknik nyobok pemancing akan lebih peka terhadap kondisi air, di mana air sedang dingin atau hangat. Karena ikan nila cenderung tidak nafsu makan jika kondisi air dingin seperti misalnya pada musim panca roba.
  5. Hemat biaya. Dengan teknik nyobok pemancing tidak perlu menyewa kapal atau rakit, di mana ongkos sewa rakit sekitar Rp. 5.000 – Rp. 10.000.
  6. Tidak mudah haus. Pemancing tidak merasakan haus karena badan menjadi dingin menyesuaikan air, tetapi menjadi dilema karena sering buang air kecil maka disarankan tetap banyak minum air putih untuk menghindari dehidrasi.
Naik kapal menuju spot nyobok.

Risiko mancing nyobok

  1. Tenggelam. Pemancing nyobok disarankan menggunakan pelampung dan bisa berenang.
  2. Gatal. Setelah berendam dari pagi sampai sore biasanya pemancing akan merasakan gatal di bagian kulit tertentu pada malam harinya. Disarankan untuk mengolesi kulit dengan minyak gosok atau obat nyamuk oles sebelum mancing.

Untuk mengurangi rasa gatal setelah nyobok disarankan menaburkan bedak atau minyak gosok. Menurut testimoni pemancing nyobok, mereka hanya merasakan gatal pada awalnya, setelah 2 atau 3 kali nyobok tidak akan terasa gatal lagi.

Target teknik mancing nyobok

Memancingdengan dengan teknik ini targetnya adalah ikan nila atau bahasa latinnya Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai NileTilapia.

Umpan mancing nyobok

Dengan mencari umpan lumut sawah atau sungai pada musim kemarau. Tetapi pada musim hujan, karena aliran deras dan lumut banyak yang hanyut, para pemancing mengandalkan penjual-penjual lumut di sekitaran waduk. Kebanyakan penjual lumut di Solo disuplai dari daerah Pengging Boyolali, Janti dan Ponggok Klaten,  di mana di daerah tersebut banyak terdapat mata air sehingga penduduk lokal banyak yang membuat kolam di bawah mata air untuk budidaya lumut.

Lumut untuk umpan mancing nyobok

Peralatan pancing nyobok

Joran tegek

Pemakaian joran jenis tegek ini dengan maksud bisa meletakkan umpan dengan perlahan sejauh mungkin dengan jarak pemancing sehingga ikan juga tidak takut untuk mendekat.

Meletakkan umpan lumut perlahan ke air dimaksudkan supaya lumut tidak lepas dari mata kail.

Dalam pemilihan tegek juga disesuaikan dengan lokasi mancing kita. Misalnya di tempat banyak tumbuhan air, maka kita pilih tegek yang kaku tidak terlalu panjang, kebanyakan menggunakan tegek 3 – 3.5m. Spot Rawa Jombor Klaten Jateng misalnya, di sana banyak tumbuhan air yang dihuni nila dan ideal untuk nyobok dengan tegek pendek.

Sedangkan untuk lokasi terbuka seperti waduk atau danau, kita pergunakan tegek dengan ukuran yang panjang. Kebanyakan pemancing menggunakan tegek 4,5m-6m bahkan ada yang 7m.

Rangkaian pancing

Dari ujung adalah mata kail kemudian sekitar 10cm dari mata kail adalah timbel pemberat yang dibentuk memanjang sekitar 3cm dengan maksud akan lebih mudah melilitkan lumut pada mata kail. Di atas timbel pemberat kemudian ada pelampung yang diapit menggunakan stoper karet untuk mengatur kedalaman mata pancing dari permukaan air.

Senar/ line

Untuk senar kebanyakan penyobok menggunakan monofilament dengan ukuran antara 0.20mm– 0.25mm. Kenapa manggunakan jenis line yang kecil? Sebab type makan ikan nila adalah dengan menghisap lumut, sehingga kalau kita menggunakan line terlalu besar dikhawatirkan kail tidak mudah masuk ke mulut ikan.

Tetapi akhir-akhirini banyak pemancing  menggunakan line jenis PE  atau multifilament dengan ukuran 1-2, karena jenis line ini walaupun memiliki ukuran kecil namun memiliki kekuatan yang lebih dibanding bengan monofilament

Kepis – Sebagai tempat ikan hasil memancing

Ember – Untuk tempat umpan lumut sebuah ember perlu dimodifikasi dengan ditambahkan gabus dengan maksud bisa terapung dengan baik.

Tiang – Sebuah tiang pancang dengan panjang 1,5-2m untuk tempat menggantungkan kepis dan ember lumut.

Kursi plastik – Untuk spot-spot tertentu seperti di Waduk Gajahmungkur atau Rowo Jombor dibutuhkan tambahan kursi plastik untuk berdiri dikarenakan kondisi spot yang sangat landai, bahkan 50m-70m ke arah spot pun masih dangkal. Dengan cara itu, pemancing bisa mencapai spot yang ideal.

Pelampung & peluit – Sangat diperlukan bagi pemancing dengan teknik ini karena memancing dengan teknik berendam sangat beresiko tenggelam.

Hasil mancing nyobok

Demikianlah informasi tentang teknik mancing nyobok, khususnya nyobok di perairan air tawar dengan target ikan nila.

Semoga bermanfaat.

Om Kicau:
Terkait