Para castingers, alias para maniak penggemar mancing dengan teknik kasting (casting), begitu ngiler-nya ketika mendengar sebuah lokasi disebut-sebut banyak ikan gabusnya. Ya saat ini ikan gabus atau genus Channa (Asia) atau snakehead atau kalau diterjemahbebaskan adalah “kepala ular” adalah sejenis ikan predator yang hidup di air tawar yang sangat mengasyikkan untuk dicasting.
Tak mengherankan jika keriuhan para castingers saat ini berburu ikan gabus menjadikan Majalah Mancing Mania menyajikan liputan khusus soal ikan gabus itu pada terbitan September 2014 dengan mengacu pada sumber online wikipedia.org dan beberapa situs blog lainnya.
Menurut wikipedia.org, ikan ini dikenal dengan banyak nama di berbagai daerah, seperti bocek dari Riau, aruan, haruan, kocolan, bogo, bayong, bogo, licingan, kutuk, kabos, dan lain-lain.
Dalam bahasa Inggris ikan ini juga disebut dengan berbagai nama, seperti common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, striped snakehead dan juga aruan. Nama ilmiahnya adalah Channa striata (Bloch, 1793).
Penyebaran luas ikan gabus sendiri mulai dari Pakistan di bagian barat, Nepal bagian selatan, kebanyakan wilayah di India, Bangladesh, Sri Lanka, Tiongkok bagian selatan dan sebagian besar wilayah di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Banyaknya sungai, danau, parit dan rawa yang memang menjadi habitat gabus di Indonesia menjadikan ikan gabus berkembang dengan cepat. Bahkan ikan gabus dari jenis toman ikut berkembang dengan pesat. Hal ini yang menjadikan snakehead menjadi ikan idaman castingers.
Di Indonesia sendiri belum ada kontrol dari dinas terkait yang mendeskripsikan populasi ikan snakehead. Bahkan banyak pro dan kontra akan maraknya penebaran bibit ikan snakehead. Yang kontra akan kegiatan tebar snakehead di antaranya adalah terancamnya ikan native/endemik khas suatu daerah di Indonesia.
Kebiasaan gabus
Ikan gabus bisa didapati di danau, rawa, sungai dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Ikan ini memangsa aneka ikan kecil-kecil, serangga dan berbagai hewan air Iain termasuk berudu dan kodok. Sering kali ikan gabus terbawa banjir ke parit-parit di sekitar rumah, atau memasuki kolam-kolam pemeliharaan ikan dan menjadi hama yang memangsa ikan-ikan peliharaan.
Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini akan berupaya pindah ke tempat Iain atau bila terpaksa akan mengubur diri di dalam lumpur hingga tempat itu kembali berair.
Oleh sebab itu ikan ini acap kali ditemui ‘berjalan’ di daratan, khususnya di malam hari di musim kemarau untuk mencari tempat lain yang masih berair. Fenomena ini terjadi karena gabus memiliki kemampuan bernapas langsung dari udara dengan menggunakan semacam organ labirin (seperti pada ikan lele atau betok) namun lebih primitif.
Pada musim kawin, ikan jantan dan betina bekerja sama menyiapkan sarang di antara tumbuhan dekat tepi air. Anak-anak ikan berwarna jingga merah bergaris hitam, berenang dalam kelompok yang bergerak bersama-sama kian kemari untuk mencari makanan. Kelompok muda ini dijagai oleh induknya.
Biasanya jika castingers melihat sekumpulan anak dari ikan snakehead, hampir 90% umpan live bait atau lure/tiruan mendapatkan sambaran dari induk yang mengawasinya.
Sisi positif dan negatif gabus
Sebetulnya ikan gabus/snakehead memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Ikan-ikan liar yang ditangkap dari sungai, danau dan rawa-rawa di Sumatra dan Kalimantan kerap kali diasinkan sebelum diperdagangkan antar pulau.
Gabus asin merupakan salah satu ikan kering yang cukup mahal harganya. Selain itu ikan gabus segar, kebanyakan dijual dalam keadaan hidup merupakan sumber protein yang cukup penting bagi masyarakat desa, khususnya yang berdekatan dengan wilayah berawa atau sungai.
Ikan gabus juga merupakan ikan pancingan yang menyenangkan.
Dengan umpan hidup berupa serangga atau anak kodok, anak ikan mas, cicak, dan lainnya, gabus relatif mudah dipancing. Namun giginya yang tajam dan sambaran serta tarikannya yang kuat, dapat dengan mudah memutuskan tali pancing.
Untuk masyarakat desa, khususnya petani, ikan gabus sangat membantu memusnahkan hama, misalnya sawah yang banyak dihuni oleh hama keong. Hama keong sering kali berujung dengan gagal panen, akibat dari ulah keong yang sering memakan padi terutama di usia muda.
Namun beberapa petani menemukan cara yang cukup mudah dan sangat membantu, yaitu dengan mengembangbiakan ikan gabus di sawah-sawah yang sedang di garapnya. Dengan demikian keong-keong yang banyak merugikan petani sedikit demi sedikit akan berkurang.
Akan tetapi ikan ini juga dapat sangat merugikan, yakni apabila masuk ke kolam-kolam pemeliharaan ikan (Meskipun beberapa kerabat gabus di Asia juga sengaja dikembangbiakkan sebagai ikan peliharaan).
Gabus sangat rakus memangsa ikan kecil-kecil, sehingga bisa menghabiskan ikan-ikan yang dipelihara di kolam, utamanya bila ikan peliharaan itu masih berukuran kecil.
Ikan gabus juga menjadi spesies penganggu nomer satu di Sulawesi dan Irian Jaya karena mereka telah memusnahkan spesies ikan asli atau endemik. Salah satu ikan yang terancam di Sulawesi, tepatnya di danau Matano, ialah ikan Botini. Ikan ini merupakan ikan purba yang hanya ada di Indonesia khususnya Sulawesi.
Sementara itu, di luar negeri, sejak beberapa tahun yang lalu di Amerika utara, ikan ini dan beberapa kerabat dekatnya yang sama-sama termasuk snakehead fishes diwaspadai sebagai ikan berbahaya. Karena ikan ini dapat mengancam kelestarian biota perairan di sana.
Jenis-jenis snakehead sebetulnya masuk ke Amerika sebagai ikan akuarium. Kemungkinan karena kecerobohan, maka kini snakehead juga ditemui di alam, di sungai-sungai dan kolam di Amerika. Karena sifatnya yang buas dan invasif, Pemerintah Amerika khawatir ikan-ikan itu akan cepat meluas dan merusak keseimbangan alam perairan.
Penyebaran dan keragaman ikan gabus
Ikan gabus dan kerabatnya termasuk hewan Dunia Lama, yakni dari Asia (genus Channa) dan Afrika (genus Parachanna). Seluruhnya kurang lebih terdapat 30 spesies dari kedua genus tersebut. Di Indonesia terdapat beberapa spesies Channa yang secara alami semuanya menyebar di sebelah barat. Namun kini gabus sudah diintroduksikan ke bagian timur pula.
Salah satu kerabat dekat gabus adalah ikan toman (Channa micropeltes) yang panjang tubuhnya dapat melebihi 1 m dan beratnya lebih dari 5 kg.
Gabus biasa atau haruan (Ophiocephalus striatus), memiliki bentuk tubuhnya mendekati lonjong (bulat memanjang), sedangkan di bagian posterior (pangkal ekor, bawah perut) pipih.
Tubuh bagian punggung berwarna coklat kehitaman dan bagian perut putih kecoklatan. Ikan ini mudah ditemukan di perairan umum seperti danau, rawa dan sungai. Ikan gabus juga bisa hidup di perairan payau. Termasuk ikan karnivora Makanannya antara lain udang dan ikan kecil, insekta air, cacing, percil/anak kodok, kepiting. Ikan gabus mudah ditemukan di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Kehung (Ophiocephalus melanopterus), memiliki bentuk badan memanjang, bulat di bagian depan dan pipih di bagian belakang. Kepalanya gepeng dan lancip. Warna tubuh coklat kehitaman. Panjang tubuhnya dapat mencapai 65 cm. Hidup di sungai, terutama daerah banjir. Makanannya antara lain cacing dan anak ikan, udang kecil. Terdapat di Sumatera Selatan dan Kalimantan
Toman (Ophiocephalus micropeltes), memiliki bentuk badan memanjang dan bulat. Mulut berukuran lebar terletak di ujung hidung. Ikan toman muda warna tubuhnya merah, setelah dewasa menjadi hijau kebiruan ke arah ungu. Bisa mencapai panjang 65 cm. Hidupnya di rawa dan sungai, khususnya daerah banjir. Terdapat di Jawa, Sumatra Selatan dan Kalimantan.
Unggui (Ophiocephalus bankanensis), memiliki bentuk badan bulat pipih. Tubuh bagian punggung berwarna coklat, sedangkan perut lebih terang. Panjangnya dapat mencapai 25 cm, hidup di rawa-rawa berair keruh. Makanannya terdiri dari ikan-ikan kecil. Terdapat di Sumatra dan Kalimantan.