Kampung Ciasin, Panen Rezeki dari Selokan

Ecovillage adalah sebuah desa atau kampung yang berbudaya lingkungan dengan masyarakat yang mampu mengelola lingkungannya secara berkelanjutan meliputi konservasi, pemanfaatan dan pemulihan lingkungan. Hal ini bertujuan untuk mencapai kehidupan yang berkelanjutan dan lestari. Ada banyak potensi lingkungan sekitar yang bisa dimanfaatkan salah satunya saluran irigasi.

Di Indonesia, parit kotor bahkan sungai tercemar itu adalah pemandangan biasa. Hanya spesies ikan dengan daya juang tinggi yang mampu bertahan di kondisi tersebut. Namun, di suatu kampung bernama Naringgul Ciasin, sebuah desa kecil di Bogor telah menerapkan ecovillage dengan memanfaatkan selokan sebagai tempat budidaya ikan.

Salah Satu Warga Panen Ikan, Sumber Foto: www.metropolitan.id
Salah Satu Warga Panen Ikan, Sumber Foto: www.metropolitan.id

Selokan sepanjang 300 meter yang melintasi desa diberi sekat tiap 3 meter. Satu sekat rata-rata mampu menghasilkan 100 kg spesies ikan mas dan ikan nila tiap 3 bulan.  Pak Irfah Satiri, warga desa setempat yang juga merupakan ketua Baraya Ecovillage dan pencetus ide ini  mengungkapkan kepada tribunnewsbogor.com, pada tahun 2016  ia bersama beberapa rekan mencoba membersihkan selokan sepanjang 30 meter yang kemudian diisi dengan ikan air tawar. Meskipun warga pesimis, namun setelah melihat hasil mereka akhirnya mau bergabung . “Awalnya kita keluarkan dana hampir 100 juta untuk pengelolaan sampah dan bibit ikan. Program dimulai sejak 2016 yang lalu, sampai sekarang kita sudah mendapatkan dua penghargaan Ecovillage Award yang diadakan pemerintah Provinsi Jawa Barat.” Ungkap Pak Irfah.

Pak Irfah Satiri membersihkan sampah di selokan, sumber foto: aljazeera.com
Pak Irfah Satiri membersihkan sampah di selokan, sumber foto: aljazeera.com

Dinukil dari merdeka.com, tanpa bantuan pemerintah warga desa secara swadaya mengeluarkan uang 350 ribu rupiah per KK untuk membangun sekat. Sekat-sekat tersebut juga berfungsi sebagai penyaring sampah yang hanyut terbawa air. Selokan yang awalnya kumuh ini berubah menjadi habitat ikan air tawar yang bersih.

Program kecil yang awalnya untuk membersihkan sampah kini berbuah manis. Tak hanya lingkungan yang menjadi asri, namun perekonomian warga setempat juga terbantu. Selain dari hasil panen ikan, desa di Puncak Bogor ini ternyata punya cara tersendiri dalam mengelola sampah. Limbah yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah menggunakan mesin khusus yang mengubahnya mejadi briket. Wakil Bupati Jawa Barat, Om Deddy Mizwar mengungkapkan kepada tribunnews bogor bahwa desa ini telah memiliki alat pengelola sampah yang mampu menampung 2 ton sampah perhari. Dapat menghasilkan 1,4 ton briket yang dijual seharga Rp1.200 perkilogram. “Yang penting tidak ada sampah menumpuk setiap hari, dan ini adalah awal dan akhir , dimasukkan segitu dari awal sampai akhir gak bersisa, dan juga bernilai ekonomi,” pungkas Pak Deddy Mizwar.

Pak Deddy Mizwar bersama Warga Ciasin melepas Bibit Ikan, Sumber Foto: bogor.tribunnews.com
Pak Deddy Mizwar bersama Warga Ciasin melepas Bibit Ikan, Sumber Foto: bogor.tribunnews.com

Sejak 2017 lalu Kampung Ciasin juga telah menerapkan ecofishing. Dimana warga dipersilahkan memancing dengan syarat membantu menmbersihkan sampah dan mengumpulkannya di tempat yang telah disediakan.  Tak hanya warga setempat, masyarakat dari luarpun dipersilahkan untuk menikmati sensasi mancing di sini. Kerjasama juga dijalin dengan komunitas mancing lokal. Berkat kerjasama ini, sungai sepanjang jalur kampung Naringgu Ciasin juga sudah terkena dampak, terlihat ikan-ikan berenang bebas.

Ecofishing di Kampung Ciasin, sumber foto: www.radarbogor.id
Ecofishing di Kampung Ciasin, sumber foto: www.radarbogor.id

Berita akan desa berbudaya lingkungan ini tersiar sampai ke luar negeri. Dilansir dari media asal Qatar –Aljazeera- bahwa meskipun  selalu  saja ada sampah kiriman, warga setempat berusaha membersihkan selokan setiap hari. Sampah kemudian disortir di tempat penampungan untuk selanjutnya didaur ulang menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dari program ini rata-rata warga dapat menghasilkan 120 dolar atau sekitar Rp1.700.000,00 perbulannya. Tak hanya itu, ikan budidaya juga dapat mencukupi kebutuhan lauk keluarga sehari-hari. Kini, Kampung Ciasin menjadi destinasi wisata yang menarik pengunjung dari luar dan dapat memotivasi kampung lain yang berdekatan untuk melakukan hal yang sama.

Diberitakan msn.com melalui wawancaranya dengan salah satu ketua RT di Kampung Ciasin, Pak Edy. Ia mengungkapkan,” kita ada program lain namanya bank sampah dan penghijauan. Masyarakat dianjurkan untuk menanam tanaman hijau, khususnya sayuran baik secara hidroponik maupun menggunakan media tanam dari barang bekas sortiran sampah. Bungkus plastik dan yang lainnya diolah menjadi kerajinan tangan seperti tas, aksesoris dan vas bunga. Bekas bungkus kopi, bekas wadah sabun cuci piring kita daur ulang menjadi tas, dompet dan lain-lain. Biar masyarakat bisa melihat bahwa ternyata barang bekas tersebut bisa dimanfaatkan.”

Hasil Kerajinan Tangan dari Sampah, Sumber Foto: www.kumparan.com
Hasil Kerajinan Tangan dari Sampah, Sumber Foto: www.kumparan.com

Ningsih, salah satu warga yang tergabung dalam program bank sampah mengungkapkan kepada kumparan.com bahwa ia sangat senang dengan adanya kegiatan ini. “Iya sangat pengaruh sekali, jadi biasanya kita ngerumpi, ngobrol-ngobrol gitu , jadi ah perasan rugi waktu dibuang, mending kita buat hal yang bermanfaat,” ujar Ningsih. Tas yang ia dan rekan-rekannya buat bisa dijual seharga Rp150.000,00 di pameran maupun sekolahan terdekat.

Ide sederhana ternyata memberi dampak besar terhadap masyarakat. Selain membantu perekonomian, kesehatan juga akan meningkat. Ikan yang dilepaskan di selokan dapat memusnahkan jentik – jentik nyamuk sehingga dapat menetralisir perkembangbiakan virus-virus berbahaya seperti DBD, lingkungan yang bersih juga dapat menghindarkan kita dari penyakit menular berbahaya lainnya.

Keberhasilan Kampung Naringgu Ciasin menerapkan sistem ecovillage patut dicontoh, khususnya buat para angler tanah air. Bayangkan saja kalau selokan di dekat rumah bersih dan ada ikannya. Tak perlu jah-jauh pergi uncal. Bangun tidur, ambil tackle lalu buka pintu rumah udah bisa strike, hehe. Mari kita sebagai penggiat mancing mulai memberikan dampak positif berkelanjutan terhadap lingkungan, jangan melulu clash masalah spot, CnR dan lainnya. Tunjukkan bahwa komunitas mancing dan pemancing bisa menjadi agen perubahan di lingkungan sekitar. Bravo Angler Nusantara!

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*