Fresh wild fishing spot, Jatigede. Predator melimpah, dan tarikannya juosss…!

Jika bicara soal wild fishing, ada beberapa lokasi menancang ikan yang punya potensi besar, dan bisa dieksplore secara luas – khususnya buat castinger yang mendamba tarikan-tarikan dahsyat dari buruannya. Salah satunya adalah waduk Jatigede yang berlokasi di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Dikabarkan, di dam yang terbilang anyar itu berlimpah ikan predator jenis gabus dan hampala. Dengan ukuran 1 sampai 2 kg, para pemangsa ini punya tenaga kuat dan berkarakter berangasan. Rupanya carnivor perairan tawar ini, baru saja berpindah habitat dari alam liarnya di sungai Cimanuk, ke Waduk Jatigede.

Lewat penuturan angler kawakan – Nuh Nugraha, bendungan yang punya luas 4200 hektar ini, kaya dengan berbagai jenis ikan. “Airnya masih baru, dari Sungai Cimanuk. Jadi ikan-ikannya berasal dari sungai itu. Masih fresh,” ucap angler asal Kota Bandung itu

Nuh Nugraha
Nuh Nugraha

 

Citra satelit waduk Jatigede
Citra satelit waduk Jatigede

 

Waduk Jatigede, Sumdang Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

 

Spot Pasir Tugaran
Spot Pasir Tugaran

 

Spot Pasir Tugaran Jatigede
Spot Pasir Tugaran Jatigede

 

Spot Pasir Tugaran Jatigede
Spot Pasir Tugaran Jatigede

 

Lilia Sinaga saat strike pertama di waduk Jatigede
Lilia Sinaga saat strike pertama di waduk Jatigede

 

Waduk Jatigede resmi dialiri air bengawan Cimanuk yang berhulu di Gunung Papandayan Kabupaten Garut, pada 15 Agustus 2015. Hingga kini, volumenya hampir mencapai 100% dengan kedalaman maksimal 200 meter. Sesuai tujuannya, kolam raksasa yang disebut sebagai yang kedua terbesar di Asia tenggara ini, diperuntukkan sebagai pengairan 900 ribu hektar sawah di Majalengka, Indramayu, dan Cirebon.

Menurut Kang Nuh – begitu Ia biasa disapa, ada banyak perbedaan antara waduk Jatigede dan bendungan lainnya yang ada di Indonesia. “Jatigede masih bebas dari eceng gondok, belum ada karamba, alamnya indah, dan terutama tarikan ikannya masih dahsyat” kata Kang Nuh.

“ Di Jatigede kita lebih banyak mancing landbase. Paling asyik, lokasinya ada di kawasan Pasir Tugaran. Itu dulunya adalah hutan bambu yang kini sudah terendam air,” kata Kang Nuh. Menurut suami dari ladies angler – Lilia Sinaga itu, spot ini paling nyaman dijadikan lokasi karena dekat dari jalan raya, dan disekitarnya banyak terdapat warung-warung makan. “Di sela-sela pohon bambu yang terendam itu adalah sarang gabus dan hampala,” ujar Kang Nuh.

Sang istri – Lilia Sinaga, mengungkapkan pandangan yang sama perihal dam yang baru rampung pengairannya pada bulan Maret 2017 itu. Menurut ladies angler tersebut, kondisi lingkungan yang relatif masih terbebas dari kepentingan industri, membuatnya menikmati detik demi detik saat memburu iwak pemangsa di tempat ini. “Di sini masih sepi, segar, belum banyak keramba, dan yang penting samberan predatornya kuat dan banyak perlawanan,” ucap angler yang kini aktif menjadi ambasador produsen peralatan pancing yang punya brand TCE Sport International itu.

Kawasan Pasir Tugaran berada di desa Karang Pakuan, Kecamatan Darmaraja. Untuk mencapainya, dari pusat kota Sumedang kita dapat mengambil arah timur, tepatnya melewati jalur Sumedang-Wado, jalur menuju Tasik Malaya. Dalam waktu tempuh hanya 30 menit, kita sudah tiba di bibir bendungan. Pasir Tugaran sendiri adalah kawasan yang paling ramai dikunjungi wisatawan. Karena itu, tak akan sulit untuk menemukannya.

Untuk memancing di tempat ini, sebaiknya dimulai sejak pagi hari. Selain mengikuti jam makan ikan, pada pagi, hingga sore hari kawasan ini masih ramai. Warung dan perahu-perahu sewaan masih beroperasi dengan aktif. Tapi jika malam, tempat ini gelap gulita tak ada kehidupan. “Maklum daerah ini baru dibuka, jadi baiknya mancing dilakukan saat hari masih terang,” ujar Kang Nuh.

Di sekitar Pasir Tugaran ada beberapa spot yang menjanjikan. Namun cukup sulit untuk mencapainya jika dilakukan dengan berjalan kaki. Karena itu, tersedia perahu sewaan dengan biaya Rp. 10 ribu sekali antar.  Namun, jika ingin nyaman, cukup membayar Rp. 100 ribu untuk masa sewa selama 1 hari.

Memancing predator jenis gabus di tempat ini punya trik tersendiri. Menurut Kang Nuh, sebaiknya hindari melakukan blind cast, alias coba-coba melempar di suatu spot. “Pertama amati perairan disekitar kita. Jika terlihat gerombolan ikan wader – apalagi tampak gabus menyembul, maka lempar lure ke titik tersebut. Pasti langsung hook up,” kata pria ramah itu membagi rahasia. “Dengan cara ini saya pernah 8 kali strike di titik yang sama,” Ujar Kang Nuh menambahkan.

Jika menargetkan hampala, tak ada trik khusus. Hanya saja karena banyak pohon bambu yang belum sepenuhnya terendam air, maka kemungkinan lure nyangkut cukup besar. Karena itu pilih titik lempar yang aman dari pohon-pohon bambu.

Memancing di tempat ini tak perlu tackle khusus. Cukup siapkan joran casting dengan panjang antara 180-210 cm, dengan tingkat kelenturan 20 lbs. Untuk line-nya – agar tak mudah putus, pilih PE no 3, karena cukup banyak tumbuhan yang membuat lure nyangkut.

Sementara soal lure –  jika hendak berburu gabus, bisa menyiapkan jump frog atau soft frog ukuran 4-6 cm. Tapi jika kangen dengan tarikan hampala, bisa menyiapkan minnow, spoon,  atau stick bait dengan panjang antara 8-10 cm. Jika tersedia, pasang hook 2x strong atau 3x strong. Maklum, rahang hampala yang kuat kerap membuat hook abal-abal patah atau bengkok.

Kangen tarikan predator air tawar yang bertenaga dan beringas? Yuk coba di Jatigede! Selain sensasi tarikannya  yang berangasan, kita juga punya kesempatan luas untuk mengeksplore spot-spot lain yang belum terjamah, dan pastinya sangat potensial.

simak video Nuh Nugraha saat strike gabus dalam tayangan ini

 

 

 

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*